Friday, 26 April 2024

POTRET PENGRAJIN MINIATUR RUMAH KAKI SERIBU

-

https://www.youtube.com/watch?v=Q45Zn3-oyNU
Manokwari – Miniatur rumah kaki seribu kini menjadi pernak-pernik yang populer di masyarakat khususnya di Manokwari, Papua Barat. Proses pembuatan miniatur rumah kaki seribu membutuhkan waktu, ketelitian dan kesabaran.

Adalah Dedi Sugianto, pria peranakan Jawa-Papua kelahiran kota Manokwari 39 tahun silam. Dedi belajar membuat miniatur rumah kaki seribu sejak ia duduk di bangku kelas dua SMA. Di sela-sela aktifitas sehari-hari, dedi bertekun merangkai aneka bahan menjadi miniatur rumah kaki seribu. Bahan-bahan utama untuk membuat miniatur diambil seperti kayu, tali serta daun sagu dari hutan. Bahan kayu dipotong dari pohon langsat sedangkan tali diambil dari kulit pohon yang biasanya dipakai untuk menganyam noken.

Sebuah miniatur rumah kaki seribu hasil karya Dedi dijual seharga 1,5 hingga 5 juta rupiah dan tidak dipasarkan secara khusus. Waktu yang dibutuhkan Dedi untuk menyelesaikan satu miniatur kurang lebih dua hingga tiga pekan. Tidak hanya membuat miniatur, Dedi juga kerap dipanggil relasinya untuk membuat replika rumah kaki seribu saat gelaran even-even tertentu.

Meski ada potensi pendapatan namun hingga kini Dedi hanya mengerjakan miniatur sesuai pesanan. Ia dan beberapa rekan sesama pengrajin punya cita-cita mengembangkan usaha bahkan memiliki galeri namun masih terkendala modal.

Rumah kaki seribu sebutan populer untuk rumah adat suku Arfak, penduduk asli yang mendiami wilayah Manokwari, Papua Barat dan sekitarnya. Dalam bahasa daerah setempat disebut mod aki aksa atau igkojei bentuknya berupa rumah panggung. Disebut rumah kaki seribu karena mempunyai banyak tiang penyangga yang tersebar di seluruh bagian bawah rumah dan menjadi tumpuan utama bangunan.

-Tim Liputan Papua Channel-

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

Artikel Terbaru